Rabu, 29 April 2020

ARTIKEL Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Permainan Menjahit Bervariasi

Mantan KA UPTD

ARTIKEL Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Permainan Menjahit Bervariasi 

 ARTIKEL Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Permainan Menjahit Bervariasi ARTIKEL Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Permainan Menjahit Bervariasi
ARTIKEL Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Permainan Menjahit Bervariasi 
cara menggambar pola baju anak  - Di Taman
kanak-kanak Aisyiyah 3 Duri


Irma Suriati

ABSTRAK


Permasalahan dalam penelitian ini adalah kelenturan jari jemari anak didalam menggunakan peralatan sekolah, motorik halus belum berkembang. Tujuan penelitian memperbaiki motorik halus anak didalam menjahit variasi, penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah kelompok B1 berjumlah 20 orang. Hasil penelitian disetiap siklus kemampuan motoric halus anak dari siklus I umumnya masih rendah, pada siklus II mengalami peningkatan. Dapat disimpulkan melalui permainan variasi kemampuan motoric halus anak meningkat.

- pola baju anak perempuan umur 5 tahun
Kata kunci : Motorik Halus; Permainan; Menjahit Bervariasi
Pendahuluan
Pendidikan Di Taman Kanak-kanak (TK) merupakan investasi yang amat besar bagi keluarga dan bagi bangsa walaupun secara yuridis anak usia 4-5 tahun tidak wajib mengikuti pendidikan di Taman Kank-kanak, tetapi secara teoritis pendidikan di Taman Kanak-kanak sangatlah penting di dalam pendidikan anak. Pada usia tersebut pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan dengan pesat, baik perkembangan fisik, sosial, emosional, kognitif, bahasa, kreativitas ataupun moralnya.
Pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional berkaitan dengan pendidikan Anak usia dini pasal 28 ayat 1(2005:48) :
Sejak lahir hingga dewasa, sampai dengan usia enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar.”  Selanjutnya pada Bab 1 pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa : Pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilanjutkan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membentuk pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan mamasuki pendidikan lebih lanjut.
Corbin dalam Sumantri (2005:48) mengemukakan bahwa “perkembangan motorik adalah perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek prilaku dan kemampuan gerak. Aspek prilaku dan perkembangan motorik saling mempengaruhi”. Sujiono (2002:1.3) tertulis bahwa masa lima tahun pertama adalah masa pesatnya perkembangan motorik anak. Motorik adalah semua gerakan yang didapatkan oleh seluruh tubuh. Sedangkan perkembangan motorik dapat disebut sebagai perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerakan tubuh.
Mahendar dalam Sumantri (2005: 143) mengemukakan keterampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilan-keterampilan untuk mengontrol otot-otot halus/kecil untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. Tidak semua anak mengalami perkembangan motorik yang sempurna, sesuai dengan perkembangan usianya, ada banyak hal yang menjadi masalah dalam perkembangan motorik seorang anak terutama motorik halusnya. Seperti belum bisa menggambar bentuk bermakna dan juga belum bisa mewarnai dengan rapi. Bagi beberapa pekerjaan mewarnai gambar bukan pekerjaan yang menyenangkan. Apalagi jika hasilnya dibandingkan dengan hasil pewarnaan gambar milik teman yang lebih sempurna. Perkembangan motorik halus yang baik akan mempengaruhi perkembangan yang lainnya seperti perkembangan koordinasi mata dan tangan.
Namun setelah diamati di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 3 Duri kelas B1 tahun pelajaran 2010/2011 yang berusia 5-6 tahun dalam perkembangan motorik halusnya terlihat kurang maksimal. Anak belum bisa menarik benang pada permainan menjahit bervariasi. Masih ada beberapa anak yang belum mampu menggunakan peralatan seperti pensil warna, krayon, jarum gunting, kuas dengan secara terkontrol.
Magil dalam Sumantri (2005:143) mototik halus  adalah: Pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek-objek yang kecil atau pengontrolan terhadap hasil misalnya mengetik, menjahit dan lain-lain.
Hambatan yang terlihat pada perkembangan motorik halus anak pada Taman Kanak-kanak Aisyiyah 3 Duri dapat diperkirakan beberapa hal seperti: rendahnya kemampuan motorik halus anak dalam menarik benang pada permainan menjahit bervariasi, kurangnya sarana dan prasarana dalam kegiatan pembelajaran dan metode guru yang kurang bervariasi.
Menjahit adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan menjatuhkan bagian-bagian yang terpisah atau yang telah tergunting. Bagi anak usia dini menjahit adalah menusuk benang kedalam lobang yang sudah dibentuk berbagai macam pola-pola sesuai dengan tema yang ditentukan. Darminta (2001:460) jahit adalah sesuatu pekerjaan mendekatkan dengan jarum/benang jelujur atau melekatkan, menjepit, mengelem atau menyambung dengan jarum atau benang. Rahimsyah (2001:2.1) variasi adalah selingan, selang-seling atau berbagai variasi atau berbagai bentuk.
Menjahit bervariasi ini dimulai dengan nama tusuk jelujur atau silang yang mana disini anak mengambil pola jahitan yang disenanginya, misalnya pola pakaian dan sepatu yang pinggirnya sudah diberi lobang-lobang, anak menggunakan kelima jarinya untuk memasukkan benang ke lobang pertama kemudian menarik benang dan di masukkan kelobang ke tiga demikian selanjutnya sehingga terciptanya jahitan jelujur dan silang dengan baik.
Latar belakang yang di uraikan di atas dalam rangka meningkatkan kemampuan motorik halus agar mampu mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan motorik halus seperti menggambar, mewarnai, menjahit, melipat dan lain-lain. Penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak melalui Permainan Menjahit Bervariasi pada TK Aisyiyah 3 Duri.”
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukanan di atas, dapat di identifikasikan beberapa masalah yang dihadapi pada kelas B1 Taman Kanak-kanak  Aisyiyah 3 Duri sebagai berikut : Rendahnya kemampuan motorik halus anak dalam menarik benang pada permainan menjahit bervarias, Kurangnya sarana dan prasarana dalam kegiatan pembelajaran, Metode guru yang kurang bervariasi.
Rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan motorik halus anak pada permainan menjahit bervariasi di kelas B1 Taman Kanak-kanak Aisyiyah 3 Duri.

cara membuat pola baju anak laki-laki
Metode Penelitian
Penelitian ini berbentuk tindakan kelas yaitu ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas dan dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, mencari hal-hal baru dibidang pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini juga merupakan suatu penelitian yang terintekgrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran supaya guru kelas menjadi lebih kreatif selalu dituntut untuk melakaukan suatu motifasi sebagai implementasi dan adaptasi.
- pola baju anak perempuan sederhana Subjek penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah murid Taman Kanak-kanak Aisyiyah 3 Duri kelompok B1 dengan jumlah 20 orang. Sebelum dilakukan prosedur seperti penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu peneliti melakukan pengamatan pada kondisi awal. Pada kondisi awal peneliti terlebih dahulu melakukan tahap pembelajaran kegunaan motorik halus anak di kelas B1 Taman Kanak-kanak Aisyiyah 3 Duri. Setelah di analisis maka peneliti melanjutkan ke perencanaan siklus I.
Alat yang digunakan untuk mengukur aktivitas anak dalam kegiatan pembelajaran adalah : Format Observasi untuk anak digunakan untuk mencatat kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan anak, Format wawancara dilakukan untuk tanggapan keaktifan siswa terhadap kegiatan setelah pembelajaran berlangsung,  Dokumentasi berupa kamera handycam untuk merekam proses pembelajaran yang berlangsung.
Data yang diperoleh selama proses pembelajaran diolah dengan teknik porsentase. Hasil pengamatan dinilai untuk setiap kali pertemuan berdasarkan jumlah porsentase anak yang terlibat dalam aktivitas pembelajaran dengan rumus :  
P = F / N x 100 %   
Keterangan :
P = angka porsentase
f  = Frekuensi yang sedang dicari porsenstasenya.
N = Jumlah anak dalam satu kelas.
Data tentang aktivitas anak yang diamati. Data tentang aktivitas anak yang diamati dengan menggunakan rumus :
Angka Porsentase = frekuensi yang sedang dicari porsentasenya   x 100 %
                                             Jumlah anak dalam satu kelas
Sedangkan untuk menentukan bahwa aktivitas anak meningkat, maka interprestasi aktivitas belajar anak adalah sebagai berikut (Haryadi, 2009;24) :
76 % s/d 100 %     = Amat Baik     (AB)
56 % s/d 25 %     = Baik         (B)
26 % s/d 55 %     = Cukup     (C)
0 % s/d 25 %         = Rendah    (R)

Penelitian ini direncanakan II siklu, yanhg dimulai pada siklus I dengan 3 kali pertemuan. Siklus ke II ditentukan oleh hasil refleksi siklus I, dengan 3 kali pertemuan.penelitian ini dimulai dengan  merencanakan kegiatan yang akan dilakukan didalam kelas, sarana dan prasaran apa saja yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan tersebut, penilaian apasaja yang kita lihat selama berlansungnya kegiatan serta memikirkan alternative lain sebagai pelengkap kegiatan sebagainyaIndikator keberhasilan menurut Pupuh (2007:111) bahwa kerhasilan kegiatan peningkatan kualitas akan berhasil apabila diikuti ciri-ciri : Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi, tinggi, baik secara individu maupun kelompok, Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran kusus telah dicapai, baik secara individu mapun kelompok, Proses perbaikan dapat dilakukan jika terdapat bukti-bukti autentik adanya kegagalan dalam belajar sambil bermain yaitu : Apabila 85 % dari jumlah anak mencapai taraf keberhasilan.

Hasil
Hasil penelitian kemampuan motorik halus anak melalui permainan menjahit bervariasi di Taman Kana-kanak Aisyiyah 3 Duri, diperlukan pembahasan guna menjelaskan dan memperdalam kajian dalam penelitian ini.
Dengan mengembangkan motorik halus anak adalah Pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek-objek yang kecil atau pengontrolan terhadap hasil misalnya mengetik, menjahit dan lain-lain.
Berdasarkan kondisi yang ada serta pendapat para ahli di atas, peneliti melakukan tindakan perbaikan pembelajaran melalui permainan menjahit bervariasi. Dengan adanya permainan menjahit bervariasi ini terlihat anak merasa gembira dan senang serta motivasi anak lebih cepat untuk melakukan berbagai perintah, sehingga pada siklus I terdapat peningkatan kemampuan motorik halus anak dibandingkan pada kondisi awal.
Untuk mencapai hasil yang lebih optimal peneliti melakukan pembelajaran yang lebih menarik pada siklus II dengan menambah bentuk pola-pola jahitan dan mengadakan lomba menjahit bervariasi sehingga anak lebih tertarik dan termotivasi dalam melakukan permainan sehingga terlihat peningkatan kemampuan motorik halus anak. Berdasarkan tindakan penelitian siklus I dan Siklus II dapat dijabarkan keberhasilan penggunaan alat permainan menjahit bervariasi dapat pada tabel  sebagai berikut
REKAPITULISASI HASIL OBSERVASI SIKLUS I



No   
Aspek    Nilai
        AB    %    B    %    C    %    R    %
1



2



3


4


5    Anak dapat menggerakkan jari tangan sesuai dengan pola jahitan
Anak dapat memasukkan benang kelobang papan jahitan
Anak dapat menjahit sesuai dengan pola jahitan jelujur
Anak dapat menjahit sesuai dengan pola  jahitan silang
Anak bisa menjahit bervariasi    2



3



4


3


4    10



15



20


15


20    5



5



5


3


4    25



25



25


15


20    3



3



2


5


2    15



15



10


25


10    10



9



9


9


10    50



45



45


45


50
    Nilai rata-rata    3,2    16    4,4    22    3    15    9,4    47
- pola baju anak perempuan 2 tahun

Dapat dilihat bahwa kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan menjahit bervariasi pada pertemuan 3 siklus I  yaitu pada aspek 1 anak dapat menggerakkan jari tangan sesuai dengan pola jahitan anak yang mendapat nilai amat baik berjumlah 2 orang dengan persentase 10%, anak yang mendapat nilai baik berjumlah 5 orang dengan persentase 25%, anak mendapat nilai cukup 3 orang dengan persentase 15% dan anak yang mendapat nilai rendah 10 orang dengan persentase 50%.
Aspek 2 anak dapat memasukkan benang ke lobang papan jahitan anak yang mendapat nilai amat baik sebanyak 3 orang dengan persentase 15%, anak yang baik 5 orang dengan persentase 25%, anak yang medapat nilai cukup sebanyak 3 orang dengan persentase 15% dan anak yang dapat nilai rendah 9 orang dengan persentase 45%.
Aspek 3 anak dapat menjahit sesuai dengan pola jahitan jelujur, anak yang mendapat nilai amat baik sebanyak 4 orang dengan persentase 20%, anak yang baik berjumlah 5 orang dengan persentase 25%, anak yang mendapat nilai cukup 2 orang dengan persentase 10% dan anak yang mendapat nilai rendah 9 orang dengan persentase 45%.
Aspek 4 anak dapat menjahit sesuai dengan pola jahitan silang, anak yang mendapat nilai amat baik berjumlah 3 orang dengan persentase 15%, anak yang baik berjumlah 3 orang dengan persentase 15%, anak yang mendapat nilai cukup 5 orang dengan persentase 25% dan anak yang mendapat nilai rendah 9 orang dengan persentase 45%.
Aspek 5 anak dapat menjahit bervariasi, anak yang mendapat nilai amat baik sebanyak 4 orang dengan persentase 20%, anak yang baik berjumlah 4 orang dengan persentase 20%, anak yang mendapat nilai cukup berjumlah 2 orang dengan persentase 10% dan anak yang mendapat nilai rendah 10 orang dengan persentase 50% .Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan menjahit bervariasi ini anak belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 76%.

Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan peneliti menemukan anak yang semula tidak merespon perintah guru dan tidak dapat melakukan permainan sebagai berikut: Anak yang belum bisa menggerakkan jari tangan sesuai dengan pola jahitan dari 60% sudah meningkat 50% lagi anak yang belum bias berarti ada peningkatan 10%. Anak yang belum dapat memasukkan benang ke lobang papan jahitan dari 65% sudah meningkat 40% lagi anak yang belum bias berarti ada peningkatan 25%. Anak yang dapat menjahit sesuai pola jihtan selujur dari 60% sudah meningkat 45% lagi anak yang belum bisa berarti ada peningkatan 25%. Anak yang belum bisa menjahit silang dari 60% sudah meningkat 45% lagi anak yang belum bisa berarti ada peningkatan 25%. Anak yang belum bisa menjahit bervariasi dari 70% sudah meningkat 50% lagi anak yang belum bisa berarti ada peningkatan 20%.













REKAPITULISASI HASIL OBSERVASI SIKLUS I I


No   
Aspek    Nilai
        AB    %    B    %    C    %    R    %
1



2



3


4


5    Anak dapat menggerakkan jari tangan sesuai dengan pola jahitan
Anak dapat memasukkan benang kelobang papan jahitan
Anak dapat menjahit sesuai dengan pola jahitan jelujur
Anak dapat menjahit sesuai dengan pola  jahitan silang
Anak bisa menjahit bervariasi    17



18



14


16


16    85



90



70


80


80    1



1



2


1


1    5



5



10


5


5    2



1



1


1


1    10



5



5


5


5    0



0



3


2


2    0



0



15


10


10
    Nilai rata-rata    16,2    81    1,2    6    1,2    6    1,4    7


Dapat dilihat bahwa kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan menjahit bervariasi pada pertemuan 3 siklus II  yaitu pada aspek 1 anak dapat menggerakkan jari tangan sesuai dengan pola papan jahitan anak yang mendapat nilai amat baik berjumlah 17 orang dengan persentase 85%, anak yang mendapat nilai baik berjumlah 1 orang dengan persentase 5%, anak mendapat nilai cukup 2 orang dengan persentase 10% dan anak yang mendapat nilai rendah 0 orang dengan persentase 0%.
Aspek 2 anak dapat memasukkan benang kelobang papan jahitan anak yang mendapat nilai amat baik sebanyak 18 orang dengan persentase 90%, anak yang baik 1 orang dengan persentase 5%, anak yang medapat nilai cukup sebanyak 1 orang dengan persentase 5% dan anak yang dapat nilai rendah 0 orang dengan persentase 0%.
Aspek 3 anak dapat menajhit sesuai dengan pola jahitan jelujur, anak yang mendapat nilai amat baik sebanyak 14 orang dengan persentase 70%, anak yang baik berjumlah 2 orang dengan persentase 10%, anak yang mendapat nilai cukup 1 orang dengan persentase 5% dan anak yang mendapat nilai rendah 3 orang dengan persentase 15%.
Aspek 4 anak dapat menajhit sesuai dengan pola jahitan silang, anak yang mendapat nilai amat baik berjumlah 16 orang dengan persentase 80%, anak yang baik berjumlah 1 orang dengan persentase 5%, anak yang mendapat nilai cukup 1 orang dengan persentase 5% dan anak yang mendapat nilai rendah 2 orang dengan persentase 10%.

Aspek 5 anak bisa menjahit bervariasi, anak yang mendapat nilai amat baik sebanyak 16 orang dengan persentase 80%, anak yang baik berjumlah 1 orang dengan persentase 5%, anak yang mendapat nilai cukup berjumlah 1 orang dengan persentase 5% dan anak yang mendapat nilai rendah 2 orang dengan persentase 10%.
- cara membuat baju anak dari kain perca
Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan peneliti menemukan hal-hal anak yang semula tidak merespon perintah guru dan tidak dapat melakukan permainan sebagai berikut: Anak yang belum bisa menggerakkan jari tangan sesuai dengan pola jahitan dari 50% sudah meningkat 0% lagi anak yang belum bisa berarti ada peningkatan 50%. Anak yang belum dapat memasukkan benang ke lobang papan jahitan dari 45% sudah meningkat 0% lagi anak yang belum bisa berarti ada peningkatan 40%. Anak yang dapat menjahit sesuai pola jihtan selujur dari 45% sudah meningkat 15% lagi anak yang belum bisa berarti ada peningkatan 30%. Anak yang belum bisa menjahit silang dari 45% sudah meningkat 10% lagi anak yang belum bisa berarti ada peningkatan 35%. Anak yang belum bisa menjahit bervariasi dari 50% sudah meningkat 10% lagi anak yang belum bisa berarti ada peningkatan 40%.
- pola baju gamis anak
Pembahasan
Hasil penelitian meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui permainan menjahit bervariasi di TK Aisyiyah 3 Duri, diperlukan pembahasan guna menjelaskan dan memperdalam kajian dalam penelitian ini.
Pada kondisi awal diperoleh gambaran kemampuan motorik halus anak masih rendah dimana sebagian anak di kelas B1 Taman Kanak-kanak Aisyiyah 3 Duri mengalami kesulitan ketika diadakan kegiatan permainan menjahit bervariasi. Hal ini karena kurangnya pengenalan kegiatan belajar sambil bermain sehingga pembelajaran tidak menyenangkan bagi anak.
Dengan mengembangkan motorik halus anak adalah Pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek-objek yang kecil atau pengontrolan terhadap hasil misalnya mengetik, menjahit dan lain-lain.
Setelah Melihat kondisi awal tentang perkembangan motorik halus anak Taman Kanak-kanak Aisyiyah 3 Duri, peneliti melakukan tindakan untuk memperbaiki pembelajaran melalui kegiatan bermain. Bagi anak Tanam Kana-kanak bermain adalah suatu kegiatan yang serius, namun mengasyikkan, bermain juga merupakan tempat anak mencobakan diri, bukan saja dalam fantasinya tetapi juga secara nyata dan aktif. Hartati (1997:85) Bermain adalah suatu aktifitas yang langsung dan spontan yang dilakukan seorang anak bersama orang lain atau dengan menggunakan benda-benda yang disekitarnya dengan senang.
Berdasarkan kondisi yang ada serta pendapat para ahli di atas, peneliti melakukan tindakan perbaikan pembelajaran melalui permainan menjahit bervariasi. Dengan adanya permainan menjahit bervariasi ini terlihat anak merasa gembira dan senang serta motivasi anak lebih cepat untuk melakukan berbagai perintah, sehingga pada siklus I terdapat peningkatan kemampuan motorik halus anak dibandingkan pada kondisi awal. . Montolalu (2008: 10) bermain adalah kegiatan berpendapat yang dilakukan anak secara spontan karena disenangi dan sering tanpa tujuan tertentu. Susana (dalam Maykes, 2008:16) mengatakan bahwa kegiatan bermain perlu dilihat sebagai suatu perilaku yang menyeluruh pada manusia dan dibutuhkan penelitian yang sistematik.
Untuk mencapai hasil yang lebih optimal peneliti melakukan pembelajaran yang lebih menarik pada siklus II dengan menambah bentuk pola-pola jahitan dan mengadakan lomba menjahit bervariasi sehingga anak lebih tertarik dan termotivasi dalam melakukan permainan sehingga terlihat peningkatan kemampuan motorik halus anak. Darminta (2001:460) Menjahit adalah suatu pekerjaan mendekatkan dengan jarum atau benang jelujur melekatkan, menjepit, mengelem atau menyambung dengan jarum benang. Rahimsyah (2001) Variasi adalah selingan, selang seling atau berbagai variasi dengan berbagai bentuk. Hasil penelitian terjadi peningkatan dari mkondisi awal sampai siklus II yaitu: Kemampuan permainan anak melalui menjahit bervariasi meningkat :Anak yang belum bisa menggerakkan jari tangan sesuai dengan pola jahitan sangat tinggi dari 10% pada siklus I menjadi 85% pada siklus II, anak yang belum dapat memasukkan benang ke lobang papan jahitan sangat tinggi dari 15% pada siklus I menjadi 90% pada siklus II, Anak yang dapat menjahit sesuai pola jihtan selujur sangat tinggi dari 20% pada siklus I menjadi 70% pada siklus II, Anak yang belum bisa menjahit silang sangat tinggi dari 15% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II, Anak yang belum bisa menjahit bervariasi sangat tinggi dari 20% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II.

- pola baju anak download

Simpulan
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan pada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilanjutkan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membentuk perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut, Selain perkembangan motorik kasar, motorik halus juga harus berkembang sesuai dengan tahap perkembangan anak seperti menggunakan jari jemari, tangan dan pergerakan pergelangan tangan yang tepat seperti kegiatan membentuk dengan plastisin, melempar dan menjahit, Usia Anak Dini (TK) merupakan waktu yang paling optimal untuk perkembangan motorik halus anak, Dengan mengunakan menjahit bervariasi, dapat memberikan pengaruh yang cukup nyata untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak, adanya peningkatan persentase dari sebelum tindakan pada kondisi awal hanya 3% anak yang berhasil, pada Siklus I menjadi 16% dan 81% setelah siklus II.
Saran
 Kepada guru diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan teknik permainan menjahit bervariasi salah satu alternatif untuk merangsang kemampuan koordinasi otot tangan dan mata, Kepada kepala sekolah hendaknya dapat memberikan dorongan kepada guru untuk memperbanyak pola-pola menjahit yang dapat memberikan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak, Untuk peneliti yang lain diharapkan dapat melakukan dan mengungkapkan lebih jauh tentang permainan menjahit bervariasi untuk peningkatan kemampuan motorik halus anak, Bagi pembaca dapat menggunakan skripsi ini sebagai sumber pengetahuan guna menambah wawasan, Bagi anak didik diharapkan dapat mengikuti pembelajaran menjahit bervariasi lebih bersemangat lagi, Diharapkan pada Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis agar dapat memperhatikan untuk meningkatkan kebutuhan dan menfasilitasi kegiatan pembelajaran terutama pada kemampuan motorik halus anak.
- cara membuat baju anak dari baju bekas
Daftar Rujukan
Bambang, Sujiono. 2002. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Darminta. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka.
Depdiknas. 2003. Pedoman Pembelajaran TK. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Pendidikan.
Pupuh Fathurohman. 2007. Strategi belajar mengajar melalui Pemahaman Konsep umum Dan Islam. Bandung: Retika Aditama.
Rahimsyah. 2001. Pengantar pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Grafindo.
Santoso. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini, Jakarta.
Sumantri. 2005. Balita Dan Masalah Perkembangan. Jakarta.



Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang  cara menggambar pola baju anak

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang GREEN & RECYCLE FASHION : PARADE BUSANA DARI BAHAN DAUR ULANG

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.

buka mesin jahit : ejournal.unp.ac.id/index.php/jhet/article/view/3416/2834